Jumat, 06 Januari 2012

PERKEMBANGAN REMAJA


MAKALAH
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN REMAJA
OLEH

RUDI  IRAWAN      NPM 10 22 193

DOSEN PEMBIMBING: CHAYA PEBIANA S.Pd.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt, karena atas ridhoNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Karakteristik Perkembangan Remaja”. Dalam makalah ini penulis berusaha menyajikan isi yang dibuat secara jelas dan singkat sebagai bahan belajar dalam mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak mulai dari dosen pembimbing sampai kepada rekan-rekan yang telah membantu kesuksesan makalah ini. Semoga makalah ini selalu dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca.
Kemudian, penulis juga mengharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam pembuatan makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Baturaja,   Desember 2011




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa setengah baya dan masa tua. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan.
Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut.
Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat labil. Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya baik yang bersifat positif maupun negatif akan diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan kepribadian masing-masing. Remaja dituntut untuk menentukan untuk membedakan yang terbaik dan yang buruk dalam kehidupannya. Disinilah peran lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang remaja. Sebelum menentukan hal yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian hendaknya kita pelajari dahulu karakterisktik perkembangan remaja. Oleh karena itu, kami mencoba membahas mengenai karakteristik perkembangan remaja baik secara umum maupun klasifikasinya secara khusus.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah, bagaimana karakteristik perkembangan remaja baik dari segi perkembangan emosi, sosial, kepribadian, maupun dari segi kesadaran beragama?

C.    Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana karakteristik perkembangan remaja baik dari segi perkembangan emosi, sosial, kepribadian, maupun dari segi kesadaran beragama.



D.    Manfaat
Makalah ini bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Manfaat secara teoritis diharapkan makalah ini dapat a) memperkaya khasanah pengetahuan tentang karakteristik perkembangan remaja; b) sebagai pengetahuan baru dalam pengembangan ilmu bahasa pada umumnya, dan ilmu pendidikan khususnya. 
Sedangkan manfaat secara praktis yang diperoleh dari makalah ini, yakni:
1.    Bagi mahasiswa, yakni menambah keterampilan dalam mengembangkan ilmu bahasa.
Bagi dosen, sebagai masukan atas kajian yang lebih mendalam terhadap pembahasa-pembahasan mengenai karakteristik perkembangan remaja dalam ilmu pendidikan.








BAB II
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN REMAJA

A.    Makna Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan masa dewasa, dimulai dari pubertas,yang ditandai dengan perubahan yang pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis.
Masa remaja disebut juga adolescence, yang dalam bahasa latin berasal dari kata adolescere yang berarti “ to grow into adulthood “. Adolesen merupakan periode transisi dari anak kemasa dewasa, dalam mana terjadi perubahan dalam sapek biologis, psikologis, dan social. Menurut Laurence Steinberg (2002) ada 3 perubahan fundamental pada masa remaja, yaitu sebagai berikut :
1.      Biologis seperti mulai matangnya alat reproduksi, tumbuhnya buah dada pada anak wanita, dan tumbuhnya kumis pada anak pria
2.      Kogisi, yaitu kemampuan untuk memikirkan konsep yang abstrak dan mampu berfikir hipotesis.
3.      Social, yaitu perubahan dalam status social yang memungkinkan remaja masuk keperanan atau aktivitas baru.
Untuk memahami masa remaja ini, pada paparan berikut dijelaskan tentang pendapat atau pandangan para ahli (filsafat, antrapologi, dan psikologi) yaitu sebagai berikut :
1.      Aristoteles, berpendapat bahwa aspek terpenting bagi remaja adalah kemampuannya untuk memilih dan determinasi diri (self-determination) sebagai tanda kematanganya
2.      Jean-Jacques Rousseau, berpendapat bahwa pada usia 15-20 tahun,individu sudah matang emosinya dan dapat mengubah sikap selfishness ke interest in other.
3.      Stanley Hall sebagai pionirdalam studi ilmiah tentang remaja berpendapat bahwa adolsen adalah masa storm-and-stres, masa penuh konflik, yaitu sebagai periode yang berad dalam dua situasi, antar kegoncangan penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa.
4.      Margaret Mead, seorang ahli antropologi yang mempelajari masa adolesen di Samoa. Dia berpendapat bahwa hakikat  dasar adolsen bukan biologis tetapi social budaya.
5.      Jacqueline Lerner dan kawan-kawan (2009) sebagai ahli yang mempromosikan Positive Youth Development (PYD) berpendapat bahwa remaja mempunyai  lima karakteristik positif yaitu: Competence, Confidance, Conecction, Character, Carring/ compassion

B.     Karakteristik Setiap Aspek Perkembangan
1.Perkembangan Fisik
Aspek hormonal yang mempengaruhi perkembangan fisik remaja adalah kelenjar endoktrin yang melibatkan interaksi antara kelenjar hypothalamus (sebuah struktur dalam porsi otak yang paling tinggi yang memonitor makan,minum, dan seks ) kelenjar pituitary (kelenjar endoktrin yang enting untuk mengontrol pertumbuhan dan regulasi kelenjar lainya) dan gonads ( kelenjar seks, yaitu testis pada pria dan ovaries pada wanita).
2. Perkembangan Kognitif
            Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan (kapasitas) individu untuk memanipulasi dan mengingat informasi. Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif remaja berada pada tahap “ formal operation stage “, yaitu tahap ke empat atau terakhir dari tahapan perkembangan kognitif. Tahapan berfikir formal ini terdiri atas dua subperiode (Broughton dalam John W.Santrock, 2010:97), yaitu :
a.       Early Formal Operation Thought, kemampuan remaja untuk berfikir dengan cara-cara hipotetik yang menghasilkan pikiran-pikiran sukarela (bebas) tentang berbagai kemungkinan yang tidak jelas.
b.      Late Formal Operation Thought, yaitu remaja mulai menguji pikirannya yang belawanan dengan pengalamanya yang mengembalikan keseimbangan intelektualnya.
Kemampuan berfikir hipotetik, berarti remaja telah dapat mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan dimasa mendatang dan membuat untuk masa mendatang.
Ketidakmatangan berfikir remaja itu, menurut David Elkin (Diane E. Papalia,et.al.,alih bahasa A.K. Anwar 2008:561-562) dimanifestasika kedalam enam karakteristik, yaitu :
a.       Idealisme dab kekritisan
b.      Argumentavitas
c.       Ragu-ragu
d.      Menunjukan hypocrisy
e.        Kesadaran diri
f.       Kekhususan dan ketangguhan
Menurut Vigotksy, sekolah merupakan salah satu agen budaya yang menetukan perkembangan berfikir remaja. Factor lain yang mempengaruhi perkembangan kognitif adalah orang tua, teman sebaya, komunitas, dan orientasi teknologi budaya.
Pandangan berikutnya adalah dari para ahli psikologi “information-processing”. Sebagai suatu teori ,information processing merupakan teori kognitif yang mencoba”to look inside” pikiran individu(siswa) dalam upaya mengekplorasi apa yang terjadi ketika befikir dan belajar berlangsung, dan memfokuskan kepada cara-cara yng spesifik untuk berfikir informasi yang diterimanya. Para ahli pemrosesan informasi memandang otak (pikiran) manusia merupakan system kognitif yang kompleks, yang dapat dianalogikan dengan computer digital. Seperti halnya computer, system “information processing” manusia juga memiliki beberapa komponen, yaitu sensory receptors, working (short term), memory dan long term memory.
Komponen-komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.       Sensory receptor adalah mata telinga, peraba atau perasa yang menerima dari luar dan mencatat untuk periode yang singkat.
b.      Working memory merupakan bagian dari pikiran manusia yang memperoes informasi, semacam “meja kerja pikran” yang memungkinkan individu memanipulasi, mengumpulkan, dan menyusun informasi ketika membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan memahami bahasa lisan dan tulis
c.       Long-term memory merupakan penyimpanan informasi dan dapat dianologikan sebagai hardisk

Dalam pemrosesan informasi ini ada dimensi penting yang perlu diperhatikan, yaitu atensi(attention), memory, dan pemungsian eksekutif (executive functioning).
a.       Atensi (attention) yaitu konsentrasi atau pemusatan perhatian. Ada empat cara atensi:
1.      Atensi selektif
2.      Atensi terbagi
3.      Atensi pemeliharan
4.      Atensi eksekutif
b.      Memori (memory), daya ingat terhadap informasi yang telah lalu. Ada tiga system memori berpengaruh terhadap remaja, yaitu :
1.      Short term memory
2.      Working memory
3.      Long term memory
c.       Pemungsian eksekutif (executive functioning), yaitu proses kognitif yang bersifat kompleks meliputi pengambilan keputusan, berfikir kritis, berfikir kreatif, dan meta kognisi.
3.Perkembangan identitas diri (self-identity)
Identitas diri merupakan potret diri yang meliputi berbagai hal (Santrock, 2008) sebagai berikut :
a.       Vacationaal/career identity
b.      Political identity
c.       Religious identity
d.      Relationship identity
e.       Achievement, intellectual identity
f.       Sexual identity
g.      Cultural/ethnic identity
h.      Interest identity
i.        Personality identity
j.        Physical identity
4.   Perkembangan Emosi
Meskipun pada usia remaja kemampuan kognitifnya telah berkembang dengan baik, yang memungkinkannya untuk dapat mengatasi stres atau fluktuasi emosi secara efektif, tetapi ternyata masih banyak remaja yang belum mampu mengelola emosinya, sehingga mereka banyak mengalami depresi, marah-marah, dan kurang mampu meregulasi emosi. Kondisi ini dapat memicu masalah, seperti kesulitan belajar, penyalahgunaan obat, dan perilaku menyimpang.
Terdapat beberapa kompetensi emosi yang penting bagi remaja, dan perlu dikembangkan, yaitu sebagai berikut.
1.    Menyadari bahwa pengungkapan (ekspresi) emosi memainkan peranan penting dalam berhubungan sosial.
2.    Kemampuan mengatasi emosi yang negatif dengan strategi regulasi diri dapat mengurangi intensitas dan durasi kondisi emosi.
3.    Memahami bahwa kondisi emosi dari dalam tidak selalu berhubungan dengan pengungkapan (ekspresi) ke luar (Remaja menjadi lebih matang dimulai dengan memahami bahwa ekspresi emosinya memberikan dampak kepada orang lain.
4.    Menyadari kondisi emosi sendiri tanpa terpengaruh oleh emosi tersebut.
5.    Dapat membedakan emosi orang lain.
5. Perkembangan Kepribadian
Lima faktor besar kepribadian, yaitu keterbukaan terhadap pengalaman (openness to experience), kesadaran (conscientiousness), ekstraversi (extraversion), agreeableness, dan neurotis (neuroticism atau emotional stability). Kelima faktor tersebut disingkat ke dalam akronim OCEAN.Beberapa penelitian tentang faktor-faktor kepribadian di atas terhadap remaja, menunjukkan bahwa faktor conscientiousness menjadi predikator kunci bagi penyesuaian dan kompetensi remaja.
Terkait dengan perubahan kepribadian pada individu, para ahli psikologi mengemukakan bahwa lebih baik memandang kepribadian tidak hanya dari pendekatan “traits” tetapi juga dari pendekatan “context” atau situasi. Pendekatan “taitr” mengabaikan faktor lingkungan, dan sangat menekankan aspek stabilitas kepribadian, dan kurang memerhatikan faktor perubahannya. Dewasa ini para ahli psikologi bersifat interaksionis, yang berpendapat bahwa kedua pendekatan, yaitu traits dan contexs perlu diperhitungkan dalam upaya memahami kepribadian.
6.      Perkembangan Kesadaran Beragama
Masa remaja sebagai segmen dari siklus kehidupan manusia, menurut agama merupakan masa starting point pemberlakuan hukum ayar’I (wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah) bagi seorang insan yang sudah baligh (mukallaf). Oleh karena itu, remaja sudah seharusnya melaksanakan nilai-nilai atau ajaran agama dalam kehidupannya. Pemikiran ini didasarkan kepada sabda Rasullullah Saw, yang artinya: “Pena (pencatat amal) itu diangkat untuk tiga kategori manusia, yaitu jabang bayi sampai remaja, orang tidur sampai bangun, dan orang gila sampai sembuh kembali”.
Berdasarkan hadis di atas, masa remaja sudah masuk kelompok mukallaf. Sebagai mukallaf, remaja (laki-laki atau perempuan) dituntut untuk memiliki keyakinan dan kemampuan mengaktualisasikan (mengamalkan) nilai-nilai agama (akidah, ibadah, dan akhlak) dalam kehidupannya sehari-hari.
Kemampuan remaja untuk mengaktualisasikan nilai-nilai agama, sangatlah heterogen (beragam). Keragaman itu dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, yaitu:
(1)  remaja yang mampu mengamalkannya secara konsisten;
(2)  remaja yang tidak mengamalkannya secara insidental (kadang-kadang);
(3) remaja yang tidak mengamalkan ibadah mahdhah, tetapi dapat berinteraksi sosial dengan orang lain (hablumminannaas) secara baik;
(4) remaja yang melecehkan nilai-nilai agama secara keseluruhan, dalam arti mereka tidak mengamalkan perintah Allah, dan justru melakukan apa yang diharamkan-Nya.
Keragaman profil remaja dalam mengaktualisasikan nilai-nilai agama di atas, mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
(1) Keragaman pendidikan agama yang diterima remaja dari orang tuanya, ada yang baik, kurang, dan bahkan tidak sama sekali
(2) Keragaman keluarga remaja dalam pengalaman nilai-nilai agama, ada yang taat, kurang taat, dan yang sama sekali tidak mempedulikan (melecehkan) nilai-nilai agama
(3) Keragaman kelompok teman bergaul, ada yang berakhlak baik, dan ada juga yang berakhalak buruk (perilakunya bertentangan dengan norma-norma agama)
Berikut ini akan disajikan uraian perkembangan kesadaran beragama remaja.
A.    Masa Remaja Awal (Usia 13-16 Tahun)
Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat dengan tumbuhnya ciri-ciri keremajaan yang terkait dengan matangnya organ-organ seks. Pertumbuhan fisik yang  terkait dengan seksual ini mengakibatkan terjadinya goncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran pada diri remaja. Bahkan lebih jauhnya lagi kondisi ini dapat mempengaruhi kesadaran beragamanya, apalagi jika remaja kurang mendapatkan pengalaman atau pendidikan agama sebelumnya.
Kegoncangan dalam keagamaan ini mungkin muncul karena disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.

B.     Masa Remaja Akhir (Usia 17-21)
Secara psikologis, pada masa ini emosi remaja sudah mulai stabil dan pemikirannya mulai matang. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya (ada yang taat dan ada yang tidak taat).
Pada 1996/1997 penulis pernah melakukan penelitian terhadap para siswa SMK di Jawa Barat (Kota dan Kabupaten Bandung, Cirebon, Bogor, dan Bekasi), yang responsdennya berjumlah 652 siswa. Hasilnya penelitiannya menunjukkan bahwa meskipun usia siswa tersebut telah berada pada masa remaja akhir, namun ternyata belum semuanya menunjukkan kesadaran beragama yang sesuai dengan yang diharapkan. Faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi, diduga karena mereka berasal dari lingkungan keluarga dan masyarakat yang iklim keberagamannya relatif berbeda.
Di antara mereka masih ada yang belum mampu mengendalikan dirinya dari perbuatan yang melanggar norma agama.

BAB III
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang unik dan “penuh warna” dalam perjalanannya. Segala tindakan atau apresiasi remaja sangatlah beragam dan sulit untuk ditebak. Hasil dari tindakan remaja terkadang tidak “normal” untuk diartikan secara kasat mata. Disatu sisi para remaja melakukan tindakan-tindakan di luar batas kewajaran norma dan budaya di lingkungannya, misalnya: berkelahi/tawuran, mabuk, liar atau tidak bisa diatur, tidak menghargai orang tua dan sopan santun, dan sebagainya. Namun, disisi lain para remaja mampu memberikan prestasi, buah dari usaha yang mereka lakukan.

B.  Saran
Masa remaja adalah tindak lanjut dari masa kanak-kanak yang diawali dengan masa perubahan yang sering disebut dengan masa pubertas. Di Masa inilah peserta didik itu mulai gencar mencari tahu sesuatu yang menurut mereka masih asing dalam kehidupan mereka. Di masa ini pula sebaiknya pengekangan-pengekangan yang diterapkan di masa kanak-kanak hendaknya dikurangi. Karena biasanya anak-anak pada masa ini mulai mengerti mengapa di waktu kecil mereka dilarang untuk melakukan sesuatu yang bisa disebut tidak pantas.mereka akan mulai mengetehui masalah-masalah yang ada dalam kehidupan. Disini orang tua berperan sebagai penasihat sekaligus pengawas tingkah laku anak agar anak itu bisa mawas diri dan juga tidak ceroboh dalam mengambil suatu keputusan.


DAFTAR PUSTAKA


Asih, Dwi. 2010. “Tugas Perkembangan Remaja”. http://uwiiesworld.wordpress.com/2011/02/23/makalah-tugas-perkembangan-remaja/. Diakses 30 November 2011 pukul 20:15 WIB.
Suhadianto. 2008. “Perkembangan Sosial remaja”. http://suhadianto.blogspot.com/2008/12/perkembangan-sosial-remaja.html. Diakses 1 Desember 2011 pukul 19:13 WIB.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar