Rabu, 11 Januari 2012

PENDIDIKAN OLARAGA

FPOK


Riwayat singkat

Sejarah berdirinya FPOK dimulai pada tahun 1940, ketika pada saat itu didirikan sebuah lembaga pendidikan tinggi olahraga bernama Gouvernement Instituut voor Lichamelijke Oefeningen (GEVLO) di Surabaya. Karena pecah PD II, lembaga ini ditutup. Sebagai kelanjutannya, pada tahun 1947 didirikan Akademis Instituut voor Lichamelijke Opvoeding (AILO) di Bandung.
Tahun 1950, AILO kemudian berganti nama menjadi Lembaga Akademi Pendidikan Djasmani (LAPD), dan pada tahun 1956 menjadi Akademi Pendidikan Djasmani (APD) yang bernaung di bawah Universitas Indonesia. Kemudian pada tahun 1962 lembaga ini berubah menjadi Fakultas Pendidikan Djasmani (FPD) di bawah naungan Universitas Padjajaran (UNPAD). Selanjutnya, pada tahun 1964 FPD ini berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Olahraga (STO) yang diawasi oleh Departemen Olahraga dan PTIP, sebelum akhirnya pengelolaannya diserahkan di bawah Ditjen Olahraga dan Pemuda Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sejak tahun 1976, STO berada di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen P & K. Lalu pada tgl. 22 Pebruari 1977, STO kemudian diintegrasikan ke IKIP Bandung yang kini menjadi UPI dengan nama Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan (FKIK). Pada tanggal 20 Juni 1983, FKIK berganti nama menjadi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) sampai sekarang. Ketika FPOK-FPOK lain di berbagai provinsi berubah menjadi FIK (Fakultas Ilmu Keolahragaan), FPOK UPI tetap bertahan dengan nama tersebut.
FPOK dipimpin oleh seorang Dekan yang dibantu oleh 2 orang Pembantu Dekan, 3 orang Ketua Jurusan/Ketua Prodi dan 3 orang Sekretaris Jurusan, serta didukung oleh Pelaksana administrasi yang dipimpin oleh seorang Kepala Bagian Tata Usaha yang membawahi 3 (tiga) kasi yaitu; Kasi Pendidikan dan Kemahasiswaan, Kasi Keuangan dan Kepegawaian serta Kasi Umum dan Perlengkapan (Aset)
Tugas Pokok dan Fungsi
FPOK bertugas untuk membina dan mengembangkan bidang keolahragaan. Lulusannya diarahkan untuk menjadi tenaga pendidik di bidang penjas dan olahraga yang terampil, berilmu, dan berwatak, serta mencetak lulusan yang dapat menjadi pelatih cabang-cabang olahraga, tenaga penggerak dan pengelola olahraga masyarakat, serta tenaga ahli profesional di bidang pengembangan ilmu-ilmu keolahragaan (sport sciences). Sasaran layanannya bukan saja pendidikan formal atau persekolahan, tetapi termasuk pelayanan di bidang olahraga di luar setting persekolahan, yaitu menjadi pembina di bidang rekreasi dalam arti luas, pelatih olahraga dan manajer olahraga di masyarakat.
Jurusan dan Program Studi

  1. Jurusan Pendidikan Olahraga
    Jurusan Pendidikan Olahraga menaungi Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) dan PGSD Penjas
    Program Studi PJKR bertujuan untuk menyiapkan:
    • tenaga pendidik atau guru untuk mata pelajaran pendidikan jasmani/olahraga di sekolah mulai SMP sampai dengan SLTA.
    Program Studi PGSD Penjas bertujuan untuk menyiapkan :
    • Tenaga Pendidikan atau guru untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani/olahraga di SD
  2. Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi
    Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi (PKR) menaungi Prodi IKOR bertujuan untuk menyiapkan:
    • tenaga perencana, pengembang, dan pengelola kegiatan rekreasi di sekolah, di lingkungan lembaga lainnya di masyarakat.
    Program Studi Ilmu Olahraga menyiapkan lulusannya menjadi pakar dalam ilmu keolahragaan. Lulusannya bergelar Sarjana Sains (S.Si.)
    • Program Studi Ilmu Olahraga menyiapkan lulusannya menjadi pakar dalam ilmu keolahragaan. Lulusannya bergelar Sarjana Sains (S.Si.)
    • Ilmuan di bidang berolahraga seperti konsultan Olahraga, Jurnalis Manager Olahraga.
  3. Jurusan Pendidikan Kepelatihan
    Program Pendidikan Kepelatihan (PK) menaungi Prodi PKO yang bertujuan untuk menyiapkan:
    • tenaga pelatih di sekolah dan di luar sekolah;
    • pengelola kegiatan olahraga di top organisasi olahraga;
    • Konsultan Kepelatihan Olahraga.
Proses Pembelajaran
Mahasiswa FPOK berasal dari SMA atau SLTA sederajat, seperti SMK dan MA. Untuk dapat diterima di FPOK, para calon harus menempuh seleksi penerimaan mahasiswa baru, yang sedikitnya disediakan tiga jalur seleksi, yaitu PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan), jalur UM (Ujian Masuk) UPI, dan jalur SPMB (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru). Kesemua jalur di atas, sama-sama memerlukan adanya dukungan dari kemampuan fisik dan motorik yang memadai dari para calon, di samping harus lolos screening tes kesehatan yang dilakukan oleh para dokter ahli secara langsung. Dengan demikian, di setiap jalur seleksi disediakan apa yang disebut Tes Keterampilan. Bedanya, Tes Keterampilan dalam jalur PMDK dilaksanakan dengan melihat keterampilan bermain atau penguasaan teknik dari cabang olahraga yang digeluti dan ditekuni oleh calon selama di SMA. Sedangkan Tes Keterampilan untuk dua jalur lainnya adalah serangkaian tes yang mengukur aspek kemampuan fisik dan motorik dengan memanfaatkan apa yang disebut Tes Kemampuan Fisik dan Motorik (Motor and Physical Ability Test).
Seperti di fakultas-fakultas lainnya di UPI, penyelenggaraan pendidikan di FPOK berdasarkan sistem Satuan Kredit Semester (SKS). Jumlah SKS dari setiap program berkisar dari 144 . 150 SKS. Artinya, pendidikan berlangsung selama kurang lebih 4 tahun, termasuk ke dalamnya pelaksanaan KKN, Praktek Lapangan (PL) dan penyusunan skripsi. Lulusan program studi kependidikan dari FPOK memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.), sedangkan bagi lulusan program studi non-kependidikan (Program Studi IKOR) memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si).
Meskipun hampir 65% kegiatan perkuliahan di setiap jurusan menampilkan praktik olahraga, yang diajarkan tentu bukan semata mata keterampilan berolahraga. Akan tetapi, di dalamnya termasuk penguasaan teori dan prinsip-prinsip mekanika gerak yang mendukung pelaksanaan setiap cabor yang dipelajari. Bahkan beberapa mata kuliah memberikan dasar-dasar dan pendalaman keilmuan olahraga yang secara taksonomis diperkuat oleh tujuh disiplin ilmu keolahragaan, yaitu sport medicine, sport biomechanics, sport pedagogy, sport sociology, sport psychology, sport philosophy, serta sport history.
Di sisi lain, tema-tema keilmuan yang sudah berkembang belakangan juga turut mewarnai wawasan serta cara berfikir mahasiswa FPOK, yang memberikan landasan paradigma (cara pandang) keolahragaan dari aspek manajemen olahraga, olahraga dan lingkungan, ilmu-ilmu kepelatihan, general and specific instructional sciences, ekonomi dan bisnis olahraga, hakikat perkembangan anak dan manusia, ilmu dan teori gerak, dan banyak lagi. Diharapkan, dengan komposisi keilmuan semacam itu, mahasiswa FPOK dipandang sudah dibekali secara komprehensif untuk dapat berkiprah secara profesional dan akademis, sehingga tepat jika dilabeli sebagai orang yang terdidik secara jasmaniah dan keilmuan serta moral. Itulah sejatinya yang disebut .manusia seutuhnya., sebagaimana disinggung dalam berbagai rumusan tujuan nasional negara kita.
Meskipun hampir 65% kegiatan perkuliahan di setiap jurusan menampilkan praktik olahraga, yang diajarkan tentu bukan semata mata keterampilan berolahraga. Akan tetapi, di dalamnya termasuk penguasaan teori dan prinsip-prinsip mekanika gerak yang mendukung pelaksanaan setiap cabor yang dipelajari. Bahkan beberapa mata kuliah memberikan dasar-dasar dan pendalaman keilmuan olahraga yang secara taksonomis diperkuat oleh tujuh disiplin ilmu keolahragaan, yaitu sport medicine, sport biomechanics, sport pedagogy, sport sociology, sport psychology, sport philosophy, serta sport history. Di sisi lain, tema-tema keilmuan yang sudah berkembang belakangan juga turut mewarnai wawasan serta cara berfikir mahasiswa FPOK, yang memberikan landasan paradigma (cara pandang) keolahragaan dari aspek manajemen olahraga, olahraga dan lingkungan, ilmu-ilmu kepelatihan, general and specific instructional sciences, ekonomi dan bisnis olahraga, hakikat perkembangan anak dan manusia, ilmu dan teori gerak, dan banyak lagi. Diharapkan, dengan komposisi keilmuan semacam itu, mahasiswa FPOK dipandang sudah dibekali secara komprehensif untuk dapat berkiprah secara profesional dan akademis, sehingga tepat jika dilabeli sebagai orang yang terdidik secara jasmaniah dan keilmuan serta moral. Itulah sejatinya yang disebut “manusia seutuhnya”, sebagaimana disinggung dalam berbagai rumusan tujuan nasional negara kita.
Dengan rumusan kurikulum yang demikian padu seperti di atas, perlu ditekankan bahwa proses pendidikan di FPOK bukan untuk menjadikan semua mahasiswa kampiun pada cabang olahraga yang digelutinya, tetapi memberikan bekal agar semua mahasiswa memiliki pengalaman praktis dalam banyak cabor sebagai bekal dalam menjalankan profesi keolahragaannya. Namun demikian, dengan disediakannya UKM-UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Olahraga di Fakultas dan Universitas, mahasiswa yang berbakat atau berprestasi dalam salah satu cabang olahraga dapat menyalurkannya sehingga diharapkan berprestasi tinggi. Tidak sedikit mahasiswa FPOK yang juga sekaligus menjadi atlet berprestasi, baik dalam level provinsi maupun level nasional. Mereka yang berprestasi inilah yang turut mengharumkan nama daerah dan bangsa, serta sekaligus turut mengangkat citra positif UPI sebagai universitas yang Leading and Outstanding dalam bidang olahraga.
Beberapa cabang olahraga yang umumnya digeluti oleh mahasiswa FPOK dan banyak menghasilkan atlet-atlet kaliber nasional di antaranya adalah cabang Renang, Dayung, Hoki, Atletik, Karate, Judo, Pencak Silat, Anggar, Badminton, Basket, serta Voli. Prestasi yang diukir pun sangat membanggakan, karena banyak mahasiswa FPOK yang menjadi andalan dalam tim dalam PON, SEA Games, bahkan Asian Games. Termasuk dalam SEA Games XXIV 2007 di Thailand yang baru lalu, beberapa mahasiswa FPOK berhasil menorehkan prestasi gemilang dengan menyumbang medali emas bagi kontingen Indonesia. Bahkan dalam PON XVII . 2008 di Kaltim, banyak sekali mahasiswa FPOK yang telah dan akan menjadi tulang punggung masing-masing daerahnya, karena mereka memang berasal pula dari berbagai provinsi di seluruh Indonesia.
Secara umum, terdapat dua jalur penyelesaian studi di FPOK. Setiap mahasiswa berhak memilih sesuai dengan minat dan kemampuannya, salah satu jalur dari jalur yang ada, yaitu: Jalur pertama yang kian disenangi mahasiswa yaitu menulis skripsi. Terlebih setelah adanya bantuan biaya dari Universitas untuk merampungkan program penulisan skripsi. Lewat kegiatan penulisan skripsi, mahasiswa dilatih meneliti dan melaporkan hasil penelitiannya secara tertulis dengan mengikuti alur berpikir ilmiah, yang melibatkan baik alur berpikir deduktif dan sekaligus induktif. Jalur kedua yaitu jalur komprehensif. Dalam jalur ini, mahasiswa tidak diwajibkan menyusun skripsi, tetapi diganti dengan tugas menyusun makalah serta mengganti kekurangan nilai SKS-nya dengan mengambil beberapa mata kuliah pengganti skripsi. Dalam penyusunan makalah sebagai tugas akhir, mahasiswa membahas masalah tertentu sesuai dengan wilayah kajian jurusannya, serta diarahkan untuk membentuk pola pikir deduktif yang kokoh dengan menjadikan referensi keilmuan sebagai pijakan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.
Berdasarkan pengalaman, mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam menulis skripsi. Bimbingan dari para dosen amat intensif dan lancar. Syarat utama untuk menyelesaikan studi di FPOK adalah rajin dan ulet, serta pandai membagi waktu.
Fasilitas
Kampus FPOK UPI didukung oleh dua lokasi kampus yang saling melengkapi. Kampus utama FPOK adalah kampus di lingkungan kampus utama UPI, yang setelah dibangun atas bantuan dana dari IDB (Islamic Development Bank) sekarang ini dilengkapi dengan banyak sekali ruang perkuliahan, ruang auditorium berkapasitas 200-an tempat duduk, fasilitas ruang dan peralatan Lab mutakhir, serta berbagai fasilitas olahraga antara lain:
  • Sebuah gymnasium yang dapat digunakan untuk pembelajaran dan pertandingan Basket, Bola Voli, Futsal, Tenis meja, serta Bulutangkis. Gymnasium ini didukung oleh kapasitas tempat duduk sekitar 5000-an penonton, sehingga layak dan pantas untuk menjadi tempat berlangsungnya kejuaraan tingkat nasional bahkan internasional. Lantainya dilapisi karpet sintetik, yang memungkinkan digunakan untuk berbagai keperluan dan memberikan tingkat keselamatan yang tinggi, tetapi konsekuensinya memerlukan pemeliharaan ekstra hati-hati agar tidak mudah aus dan rusak.
  • Sebuah Stadion Sepak Bola dan Atletik, yang dilengkapi dengan sistem drainase yang canggih, sehingga memungkinkan pemeliharaan rumput di lapangan utama dilakukan dengan baik, sehingga selalu layak untuk menjadi tempat pertandingan sepak bola tingkat internasional sekalipun. Tribun utama dan penunjangnya, sementara diperkirakan dapat menampung sekitar 5000-an penonton. Ke depan, kapasitas tempat duduk ini diharapkan dapat semakin ditingkatkan, sehingga kapasitasnya semakin bertambah secara proporsional.
  • Sebuah Kolam Renang dengan ukuran lintasan standard internasional, yang memungkinkan di UPI diselenggarakan kejuaraan renang tingkat internasional. Di samping tersedianya fasilitas kolam untuk pertandingan, kolam renang UPI pun dilengkapi sarana kolam untuk rekreasi dan pembelajaran renang anak-anak, di samping didukung juga oleh fasilitas kolam dan tiang untuk Loncat Indah (Diving). Fasilitas tribun penonton saat ini memasuki tahap pembangunan, dan penyelesaiannya diharapkan dapat segera diwujudkan.
  • Sebuah Gedung Serbaguna (Sport-Hall) dengan luas setara 12 lapangan badminton, di mana di dalamnya juga dapat dibesut secara cepat sekitar 4 buah lapangan tenis. Dalam sport-hall ini pun disediakan dua buah lapang squash, yang dalam perencanaan dapat juga digunakan untuk pertandingan.
  • Sebuah Fasilitas Tenis Court outdoor dengan kapasitas 4 lapangan tenis, yang dilengkapi pula dengan fasilitas mini-tribun yang nyaman untuk proses perkuliahan dan sekaligus pertandingan. Tenis court inipun jadi bagian dari fasilitas yang dikelola oleh Gelanggang Olahraga, sehingga selama ini pemeliharaannya dikelola secara semi-profesional.
    Di samping kampus utama seperti dikemukakan di atas, kampus FPOK pun didukung oleh fasilitas kampus Padasuka, yang merupakan kampus lama yang akan segera dialihfungsikan sebagai kampus kedua FPOK UPI. Kampus Padasuka ini didirikan di atas tanah seluas sekitar 1.6 hektar, yang di dalamnya sudah termasuk ruang perkuliahan, lapangan, serta Sport-Hall. Dalam rencana, kampus padasuka ini akan dikembangkan menjadi sebuah Sport Center yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Jawa Barat untuk menyalurkan minat dan hobinya, termasuk dapat dimanfaatkan sebagai pusat pelatihan yang dilengkapi oleh fasilitas akomodasi yang lengkap. Sedangkan untuk sementara, Kampus FPOK UPI di Padasuka, didukung oleh fasilitas sebagai berikut:
  • Sebuah gedung olahraga serba guna (Sport Hall), yang dapat dipakai untuk latihan senam, bulutangkis, dan bola basket. Di luar sport-hall terdapat sebuah lapangan tenis yang dapat juga dipakai sebagai tempat bermain bola basket. Berdampingan dengan lapangan itu tersedia pula lapangan bola voli, yang sering dipergunakan untuk perkuliahan.
  • Fasilitas outdoor berupa lapangan panahan, lapangan mini untuk sepakbola dan bola tangan serta dikelilingi track untuk jogging dan jalan cepat. Meskipun kecil, lapangan ini amat bermanfaat sebagai pusat aktivitas perkuliahan praktek dan pembinaan prestasi para mahasiswa.
  • Di samping fasilitas di luar gedung juga tersedia cukup ruang untuk kuliah, klinik, pertemuan, koperasi mahasiswa, bahkan tersedia pula ruangan khusus untuk berlatih kondisi fisik dan cabang olahraga lainnya seperti tenis meja, gulat, judo, dan pencak silat.
  • Perpustakaan fakultas yang berisi banyak informasi tentang olahraga juga tersedia. Berbagai macam buku bisa diperoleh. Umumnya ditulis dalam bahasa Inggris. Di samping itu, ada pula berbagai buku pembelajaran penjas dan olahraga serta buku-buku penunjang lainnya yang ditulis oleh para dosen FPOK bekerjasama dengan Ditjen Dikdasmen dan Ditjora Depdiknas.
Kegiatan Kemahasiswaan
Berbagai kegiatan kemahasiswaan yang dikemas dalam organisasi kemahasiswaan banyak ditawarkan di FPOK UPI, di antaranya apa yang disebut Ormawa BEM, HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan/Prodi) serta Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), baik yang bersifat akademik umum maupun yang bersifat keolahragaan.
Sebagai institusi atau LPTK Keolahragaan, secara khusus UKM di FPOK didominasi UKM Olahraga. Artinya UKM tersebut melakukan kegiatan utamanya dalam bidang peningkatan kemampuan dan prestasi cabang olahraga, seperti UKM Hoki, UKM Voli, UKM Basket, UKM Taekwondo, dsb. Bahkan, sejak tahun 1982, di FPOK ini sudah berdiri dan berlangsung kegiatan UKM yang sifatnya khas fakultas adalah UKM Pencinta Alam khusus bagi Mahasiswa FPOK yang disebut PAMOR (Pencinta Alam Mahasiswa Olahraga) FPOK UPI. UKM PAMOR mengembangkan pembinaan dan latihan pada penjelajahan alam terbuka seperti mendaki gunung , panjat tebing, berkemah, menyusuri arus deras, Diklat SAR, dll. Disamping itu PAMOR pun aktif dalam menyelenggarakan olahraga Outbond yang saat ini sedang berkembang dan sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat.
Tidak kurang dari 20 kecabangan olahraga disediakan di FPOK. Beberapa UKM berinduk di universitas, meskipun mayoritas pesertanya adalah mahasiswa FPOK. UKM Cabang Olahraga (Cabor) yang ada di FPOK inilah yang umumnya mewakili UPI dalam berbagai kompetisi Antar mahasiswa baik pada tingkat Regional, Nasional maupun Internasional. Dari beberapa kejuaraan antar Perguruan Tinggi mahasiswa FPOK yang mewakili UPI, tercatat beberapa di antaranya memperoleh prestasi gemilang antara lain pada Cabor Atletik, Bola Voli, Hoki, Yudo, Karate, Bulu Tangkis, Penca Silat, Soft Ball, dan Sepak Bola.
Disamping terdapatnya UKM cabang olahraga, di FPOK pun terdapat beberapa kegiatan pemusatan latihan cabang olahraga yang dibina dan dibiayai oleh Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Mahasiswa (PPLM). PPLM adalah pusat pelatihan cabor bagi mahasiswa yang pesertanya didukung oleh beasiswa dari Kemenegpora, sebagai salah satu program nasional. Cabang olahraga yang masuk PPLM Jawa Barat (UPI) adalah cabor Atletik, Pencak Silat, dan Anggar. PPLM Jawa Barat pada Kejuaraan Nasional PPLM 2007 di UNNES Semarang meraih prestasi yang tidak enteng, dengan berhasilnya dipetik 2 (dua) medali emas, 2 (dua) medali perak dan 1 (satu) medali perunggu.
Dalam berbagai event keolahragaan, mahasiswa FPOK juga sering terlibat mewakili kontingen Jawa Barat pada tingkat regional dan mewakili Indonesia pada tingkat Internasional. Prestasi terakhir ketika terlibat dalam Pesta Olahraga SEA GAMES 2007 di Thailand, baik pelatih maupun atlit dari FPOK UPI telah berhasil menunjukan prestasinya, antara lain :
  • Cabor Dayung: Atlet dan Pelatih FPOK memperoleh prestasi 2 (dua) medali emas, 2 (dua) medali perak dan 4 (empat) medali perunggu
  • Cabor Soft Ball: Atlet dan Pelatih FPOK memperoleh prestasi medali perak
  • Cabor Altetik: Atlet dan Pelatih dari FPOK memperoleh prestasi peringkat IV.
Dosen
FPOK saat ini memiliki 96 orang dosen, yang terdiri dari 1 orang profesor, 13 orang doktor, 39 orang magister, 46 orang sarjana. 20 orang diantaranya sedang menyelesaikan program doktor dan 47 orang sedang menyelesaikan program magister. Diharapkan, komposisi kualifikasi dosen-dosen ini akan segera berubah ketika para dosen yang sedang studi menyelesaikan tugas studinya.
Alumni Yang Berprestasi
Alumni UPI yang telah berhasil dan berprestasi, baik ditingkat nasional maupun internasional, antara lain:
  • Prof. Drs. H.M. Taher Djide, pernah menjadi pelatih nasional bulutangkis Indonesia yang membawa nama baik bangsa Indonesia di dunia Internasional;
  • Prof. Dr. H. Rusli Lutan, pernah menjabat Direktur Pemberdayaan IPTEK Olahraga, Direktur Olahraga Pelajar dan Mahasiswa, Sekretaris Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas, dan sekarang sebagai Ketua Harian Komnas Olahraga Menpora, Pembantu Rektor Universitas Pendidikan Indonesia;
  • Drs. H. Indra M. Tohir, pernah menjadi pelatih PERSIB Bandung yang sempat membawa nama baik Jawa Barat di bidang persepakbolaan nasional. Selain itu, beliau pernah menjadi pelatih sepakbola teladan tingkat Asia.
  • Prof. Drs. Harsono, M. Sc., pernah menjadi Ketua Pusat Ilmu Olahraga (PIO) KONI Pusat. Disamping itu, beliau pernah menjabat sebagai Direktur Akademi Olahraga Indonesia (AKORIN)
  • M.F. Siregar, M.Sc. pernah menjadi Asisten I Menpora RI, dan sekarang menjadi Ketua Komisi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga
  • Prof. Dr. Imam Suyudi, pernah pula menjadi Asisten I Menpora RI, dan sekarang menjadi Guru Besar di UNJ.
  • Christian Hadinata, atlet nasional bulutangkis, pernah studi di lembaga ini.
  • Dr. H. Amung Ma.mun, M.Pd. mantan Atlet Bola Voli dan sekarang menjabat Kepala Dinas Orahraga dan Pemuda Provinsi Jawa Barat.
Mahasiswa Berprestasi
Mahasiswa berprestasi sepanjang tahun 2007 tercatat sebanyak 20 orang tingkat nasional dan 25 orang tingkat regional sedangkan pada tahun 2008 tercatat 94 orang berprestasi pada tingkat nasional dan 8 orang tingkat regional. Cabang olahraga yang diraih diantaranya Hockey, karate, Tenis, Tinju, Senam, Panahan, Atletik, Boxer, Basket, Renang, Pencak Silat, Futsal, Gulat, Wushu, dan Anggar.

Jumat, 06 Januari 2012

PERKEMBANGAN REMAJA


MAKALAH
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN REMAJA
OLEH

RUDI  IRAWAN      NPM 10 22 193

DOSEN PEMBIMBING: CHAYA PEBIANA S.Pd.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt, karena atas ridhoNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Karakteristik Perkembangan Remaja”. Dalam makalah ini penulis berusaha menyajikan isi yang dibuat secara jelas dan singkat sebagai bahan belajar dalam mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak mulai dari dosen pembimbing sampai kepada rekan-rekan yang telah membantu kesuksesan makalah ini. Semoga makalah ini selalu dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca.
Kemudian, penulis juga mengharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam pembuatan makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Baturaja,   Desember 2011




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa setengah baya dan masa tua. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan.
Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut.
Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat labil. Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya baik yang bersifat positif maupun negatif akan diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan kepribadian masing-masing. Remaja dituntut untuk menentukan untuk membedakan yang terbaik dan yang buruk dalam kehidupannya. Disinilah peran lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang remaja. Sebelum menentukan hal yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian hendaknya kita pelajari dahulu karakterisktik perkembangan remaja. Oleh karena itu, kami mencoba membahas mengenai karakteristik perkembangan remaja baik secara umum maupun klasifikasinya secara khusus.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah, bagaimana karakteristik perkembangan remaja baik dari segi perkembangan emosi, sosial, kepribadian, maupun dari segi kesadaran beragama?

C.    Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana karakteristik perkembangan remaja baik dari segi perkembangan emosi, sosial, kepribadian, maupun dari segi kesadaran beragama.



D.    Manfaat
Makalah ini bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Manfaat secara teoritis diharapkan makalah ini dapat a) memperkaya khasanah pengetahuan tentang karakteristik perkembangan remaja; b) sebagai pengetahuan baru dalam pengembangan ilmu bahasa pada umumnya, dan ilmu pendidikan khususnya. 
Sedangkan manfaat secara praktis yang diperoleh dari makalah ini, yakni:
1.    Bagi mahasiswa, yakni menambah keterampilan dalam mengembangkan ilmu bahasa.
Bagi dosen, sebagai masukan atas kajian yang lebih mendalam terhadap pembahasa-pembahasan mengenai karakteristik perkembangan remaja dalam ilmu pendidikan.








BAB II
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN REMAJA

A.    Makna Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan masa dewasa, dimulai dari pubertas,yang ditandai dengan perubahan yang pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis.
Masa remaja disebut juga adolescence, yang dalam bahasa latin berasal dari kata adolescere yang berarti “ to grow into adulthood “. Adolesen merupakan periode transisi dari anak kemasa dewasa, dalam mana terjadi perubahan dalam sapek biologis, psikologis, dan social. Menurut Laurence Steinberg (2002) ada 3 perubahan fundamental pada masa remaja, yaitu sebagai berikut :
1.      Biologis seperti mulai matangnya alat reproduksi, tumbuhnya buah dada pada anak wanita, dan tumbuhnya kumis pada anak pria
2.      Kogisi, yaitu kemampuan untuk memikirkan konsep yang abstrak dan mampu berfikir hipotesis.
3.      Social, yaitu perubahan dalam status social yang memungkinkan remaja masuk keperanan atau aktivitas baru.
Untuk memahami masa remaja ini, pada paparan berikut dijelaskan tentang pendapat atau pandangan para ahli (filsafat, antrapologi, dan psikologi) yaitu sebagai berikut :
1.      Aristoteles, berpendapat bahwa aspek terpenting bagi remaja adalah kemampuannya untuk memilih dan determinasi diri (self-determination) sebagai tanda kematanganya
2.      Jean-Jacques Rousseau, berpendapat bahwa pada usia 15-20 tahun,individu sudah matang emosinya dan dapat mengubah sikap selfishness ke interest in other.
3.      Stanley Hall sebagai pionirdalam studi ilmiah tentang remaja berpendapat bahwa adolsen adalah masa storm-and-stres, masa penuh konflik, yaitu sebagai periode yang berad dalam dua situasi, antar kegoncangan penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa.
4.      Margaret Mead, seorang ahli antropologi yang mempelajari masa adolesen di Samoa. Dia berpendapat bahwa hakikat  dasar adolsen bukan biologis tetapi social budaya.
5.      Jacqueline Lerner dan kawan-kawan (2009) sebagai ahli yang mempromosikan Positive Youth Development (PYD) berpendapat bahwa remaja mempunyai  lima karakteristik positif yaitu: Competence, Confidance, Conecction, Character, Carring/ compassion

B.     Karakteristik Setiap Aspek Perkembangan
1.Perkembangan Fisik
Aspek hormonal yang mempengaruhi perkembangan fisik remaja adalah kelenjar endoktrin yang melibatkan interaksi antara kelenjar hypothalamus (sebuah struktur dalam porsi otak yang paling tinggi yang memonitor makan,minum, dan seks ) kelenjar pituitary (kelenjar endoktrin yang enting untuk mengontrol pertumbuhan dan regulasi kelenjar lainya) dan gonads ( kelenjar seks, yaitu testis pada pria dan ovaries pada wanita).
2. Perkembangan Kognitif
            Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan (kapasitas) individu untuk memanipulasi dan mengingat informasi. Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif remaja berada pada tahap “ formal operation stage “, yaitu tahap ke empat atau terakhir dari tahapan perkembangan kognitif. Tahapan berfikir formal ini terdiri atas dua subperiode (Broughton dalam John W.Santrock, 2010:97), yaitu :
a.       Early Formal Operation Thought, kemampuan remaja untuk berfikir dengan cara-cara hipotetik yang menghasilkan pikiran-pikiran sukarela (bebas) tentang berbagai kemungkinan yang tidak jelas.
b.      Late Formal Operation Thought, yaitu remaja mulai menguji pikirannya yang belawanan dengan pengalamanya yang mengembalikan keseimbangan intelektualnya.
Kemampuan berfikir hipotetik, berarti remaja telah dapat mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan dimasa mendatang dan membuat untuk masa mendatang.
Ketidakmatangan berfikir remaja itu, menurut David Elkin (Diane E. Papalia,et.al.,alih bahasa A.K. Anwar 2008:561-562) dimanifestasika kedalam enam karakteristik, yaitu :
a.       Idealisme dab kekritisan
b.      Argumentavitas
c.       Ragu-ragu
d.      Menunjukan hypocrisy
e.        Kesadaran diri
f.       Kekhususan dan ketangguhan
Menurut Vigotksy, sekolah merupakan salah satu agen budaya yang menetukan perkembangan berfikir remaja. Factor lain yang mempengaruhi perkembangan kognitif adalah orang tua, teman sebaya, komunitas, dan orientasi teknologi budaya.
Pandangan berikutnya adalah dari para ahli psikologi “information-processing”. Sebagai suatu teori ,information processing merupakan teori kognitif yang mencoba”to look inside” pikiran individu(siswa) dalam upaya mengekplorasi apa yang terjadi ketika befikir dan belajar berlangsung, dan memfokuskan kepada cara-cara yng spesifik untuk berfikir informasi yang diterimanya. Para ahli pemrosesan informasi memandang otak (pikiran) manusia merupakan system kognitif yang kompleks, yang dapat dianalogikan dengan computer digital. Seperti halnya computer, system “information processing” manusia juga memiliki beberapa komponen, yaitu sensory receptors, working (short term), memory dan long term memory.
Komponen-komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.       Sensory receptor adalah mata telinga, peraba atau perasa yang menerima dari luar dan mencatat untuk periode yang singkat.
b.      Working memory merupakan bagian dari pikiran manusia yang memperoes informasi, semacam “meja kerja pikran” yang memungkinkan individu memanipulasi, mengumpulkan, dan menyusun informasi ketika membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan memahami bahasa lisan dan tulis
c.       Long-term memory merupakan penyimpanan informasi dan dapat dianologikan sebagai hardisk

Dalam pemrosesan informasi ini ada dimensi penting yang perlu diperhatikan, yaitu atensi(attention), memory, dan pemungsian eksekutif (executive functioning).
a.       Atensi (attention) yaitu konsentrasi atau pemusatan perhatian. Ada empat cara atensi:
1.      Atensi selektif
2.      Atensi terbagi
3.      Atensi pemeliharan
4.      Atensi eksekutif
b.      Memori (memory), daya ingat terhadap informasi yang telah lalu. Ada tiga system memori berpengaruh terhadap remaja, yaitu :
1.      Short term memory
2.      Working memory
3.      Long term memory
c.       Pemungsian eksekutif (executive functioning), yaitu proses kognitif yang bersifat kompleks meliputi pengambilan keputusan, berfikir kritis, berfikir kreatif, dan meta kognisi.
3.Perkembangan identitas diri (self-identity)
Identitas diri merupakan potret diri yang meliputi berbagai hal (Santrock, 2008) sebagai berikut :
a.       Vacationaal/career identity
b.      Political identity
c.       Religious identity
d.      Relationship identity
e.       Achievement, intellectual identity
f.       Sexual identity
g.      Cultural/ethnic identity
h.      Interest identity
i.        Personality identity
j.        Physical identity
4.   Perkembangan Emosi
Meskipun pada usia remaja kemampuan kognitifnya telah berkembang dengan baik, yang memungkinkannya untuk dapat mengatasi stres atau fluktuasi emosi secara efektif, tetapi ternyata masih banyak remaja yang belum mampu mengelola emosinya, sehingga mereka banyak mengalami depresi, marah-marah, dan kurang mampu meregulasi emosi. Kondisi ini dapat memicu masalah, seperti kesulitan belajar, penyalahgunaan obat, dan perilaku menyimpang.
Terdapat beberapa kompetensi emosi yang penting bagi remaja, dan perlu dikembangkan, yaitu sebagai berikut.
1.    Menyadari bahwa pengungkapan (ekspresi) emosi memainkan peranan penting dalam berhubungan sosial.
2.    Kemampuan mengatasi emosi yang negatif dengan strategi regulasi diri dapat mengurangi intensitas dan durasi kondisi emosi.
3.    Memahami bahwa kondisi emosi dari dalam tidak selalu berhubungan dengan pengungkapan (ekspresi) ke luar (Remaja menjadi lebih matang dimulai dengan memahami bahwa ekspresi emosinya memberikan dampak kepada orang lain.
4.    Menyadari kondisi emosi sendiri tanpa terpengaruh oleh emosi tersebut.
5.    Dapat membedakan emosi orang lain.
5. Perkembangan Kepribadian
Lima faktor besar kepribadian, yaitu keterbukaan terhadap pengalaman (openness to experience), kesadaran (conscientiousness), ekstraversi (extraversion), agreeableness, dan neurotis (neuroticism atau emotional stability). Kelima faktor tersebut disingkat ke dalam akronim OCEAN.Beberapa penelitian tentang faktor-faktor kepribadian di atas terhadap remaja, menunjukkan bahwa faktor conscientiousness menjadi predikator kunci bagi penyesuaian dan kompetensi remaja.
Terkait dengan perubahan kepribadian pada individu, para ahli psikologi mengemukakan bahwa lebih baik memandang kepribadian tidak hanya dari pendekatan “traits” tetapi juga dari pendekatan “context” atau situasi. Pendekatan “taitr” mengabaikan faktor lingkungan, dan sangat menekankan aspek stabilitas kepribadian, dan kurang memerhatikan faktor perubahannya. Dewasa ini para ahli psikologi bersifat interaksionis, yang berpendapat bahwa kedua pendekatan, yaitu traits dan contexs perlu diperhitungkan dalam upaya memahami kepribadian.
6.      Perkembangan Kesadaran Beragama
Masa remaja sebagai segmen dari siklus kehidupan manusia, menurut agama merupakan masa starting point pemberlakuan hukum ayar’I (wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah) bagi seorang insan yang sudah baligh (mukallaf). Oleh karena itu, remaja sudah seharusnya melaksanakan nilai-nilai atau ajaran agama dalam kehidupannya. Pemikiran ini didasarkan kepada sabda Rasullullah Saw, yang artinya: “Pena (pencatat amal) itu diangkat untuk tiga kategori manusia, yaitu jabang bayi sampai remaja, orang tidur sampai bangun, dan orang gila sampai sembuh kembali”.
Berdasarkan hadis di atas, masa remaja sudah masuk kelompok mukallaf. Sebagai mukallaf, remaja (laki-laki atau perempuan) dituntut untuk memiliki keyakinan dan kemampuan mengaktualisasikan (mengamalkan) nilai-nilai agama (akidah, ibadah, dan akhlak) dalam kehidupannya sehari-hari.
Kemampuan remaja untuk mengaktualisasikan nilai-nilai agama, sangatlah heterogen (beragam). Keragaman itu dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, yaitu:
(1)  remaja yang mampu mengamalkannya secara konsisten;
(2)  remaja yang tidak mengamalkannya secara insidental (kadang-kadang);
(3) remaja yang tidak mengamalkan ibadah mahdhah, tetapi dapat berinteraksi sosial dengan orang lain (hablumminannaas) secara baik;
(4) remaja yang melecehkan nilai-nilai agama secara keseluruhan, dalam arti mereka tidak mengamalkan perintah Allah, dan justru melakukan apa yang diharamkan-Nya.
Keragaman profil remaja dalam mengaktualisasikan nilai-nilai agama di atas, mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
(1) Keragaman pendidikan agama yang diterima remaja dari orang tuanya, ada yang baik, kurang, dan bahkan tidak sama sekali
(2) Keragaman keluarga remaja dalam pengalaman nilai-nilai agama, ada yang taat, kurang taat, dan yang sama sekali tidak mempedulikan (melecehkan) nilai-nilai agama
(3) Keragaman kelompok teman bergaul, ada yang berakhlak baik, dan ada juga yang berakhalak buruk (perilakunya bertentangan dengan norma-norma agama)
Berikut ini akan disajikan uraian perkembangan kesadaran beragama remaja.
A.    Masa Remaja Awal (Usia 13-16 Tahun)
Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat dengan tumbuhnya ciri-ciri keremajaan yang terkait dengan matangnya organ-organ seks. Pertumbuhan fisik yang  terkait dengan seksual ini mengakibatkan terjadinya goncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran pada diri remaja. Bahkan lebih jauhnya lagi kondisi ini dapat mempengaruhi kesadaran beragamanya, apalagi jika remaja kurang mendapatkan pengalaman atau pendidikan agama sebelumnya.
Kegoncangan dalam keagamaan ini mungkin muncul karena disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.

B.     Masa Remaja Akhir (Usia 17-21)
Secara psikologis, pada masa ini emosi remaja sudah mulai stabil dan pemikirannya mulai matang. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya (ada yang taat dan ada yang tidak taat).
Pada 1996/1997 penulis pernah melakukan penelitian terhadap para siswa SMK di Jawa Barat (Kota dan Kabupaten Bandung, Cirebon, Bogor, dan Bekasi), yang responsdennya berjumlah 652 siswa. Hasilnya penelitiannya menunjukkan bahwa meskipun usia siswa tersebut telah berada pada masa remaja akhir, namun ternyata belum semuanya menunjukkan kesadaran beragama yang sesuai dengan yang diharapkan. Faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi, diduga karena mereka berasal dari lingkungan keluarga dan masyarakat yang iklim keberagamannya relatif berbeda.
Di antara mereka masih ada yang belum mampu mengendalikan dirinya dari perbuatan yang melanggar norma agama.

BAB III
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang unik dan “penuh warna” dalam perjalanannya. Segala tindakan atau apresiasi remaja sangatlah beragam dan sulit untuk ditebak. Hasil dari tindakan remaja terkadang tidak “normal” untuk diartikan secara kasat mata. Disatu sisi para remaja melakukan tindakan-tindakan di luar batas kewajaran norma dan budaya di lingkungannya, misalnya: berkelahi/tawuran, mabuk, liar atau tidak bisa diatur, tidak menghargai orang tua dan sopan santun, dan sebagainya. Namun, disisi lain para remaja mampu memberikan prestasi, buah dari usaha yang mereka lakukan.

B.  Saran
Masa remaja adalah tindak lanjut dari masa kanak-kanak yang diawali dengan masa perubahan yang sering disebut dengan masa pubertas. Di Masa inilah peserta didik itu mulai gencar mencari tahu sesuatu yang menurut mereka masih asing dalam kehidupan mereka. Di masa ini pula sebaiknya pengekangan-pengekangan yang diterapkan di masa kanak-kanak hendaknya dikurangi. Karena biasanya anak-anak pada masa ini mulai mengerti mengapa di waktu kecil mereka dilarang untuk melakukan sesuatu yang bisa disebut tidak pantas.mereka akan mulai mengetehui masalah-masalah yang ada dalam kehidupan. Disini orang tua berperan sebagai penasihat sekaligus pengawas tingkah laku anak agar anak itu bisa mawas diri dan juga tidak ceroboh dalam mengambil suatu keputusan.


DAFTAR PUSTAKA


Asih, Dwi. 2010. “Tugas Perkembangan Remaja”. http://uwiiesworld.wordpress.com/2011/02/23/makalah-tugas-perkembangan-remaja/. Diakses 30 November 2011 pukul 20:15 WIB.
Suhadianto. 2008. “Perkembangan Sosial remaja”. http://suhadianto.blogspot.com/2008/12/perkembangan-sosial-remaja.html. Diakses 1 Desember 2011 pukul 19:13 WIB.